Pages

Sabtu, 29 September 2012

Kampung Inggris #1


Kata orang kesan pertama selalu membekas dihati. Sepertinya ungkapan itu benar adanya dan aku sungguh merasakannya sendiri. Pada saat liburan panjang semester 4 ini aku menghabiskan waktu untuk berlibur sambil belajar bahasa Inggris di kampung bahasa atau yang lebih dikenal dengan “Kampung Inggris” yang berada di Desa Tulung Rejo, Pare, Kediri, Jawa Timur. Lokasinya berada di daerah yang cukup jauh dari jangkauan hiruk pikuk aktifitas perkotaan. Lalu lalang sepeda lebih mendominasi daripada kendaraan bermotor. Misalnya saja untuk menuju ke ATM kita harus menempuh jarak kurang lebih 1,5 kilometer. Mungkin akan lebih cepat apabila kita tempuh dengan menunggangi sepeda motor, tetapi kali ini kita harus merasakan sensasi yang cukup berbeda daripada biasanya. Kemanapun kita pergi sejauh apapun jaraknya harus menunggangi sepeda. Satu-satunya kendaraan yang begitu berharga bagi kami pada saat itu di Kampung Inggris.
Sepeda-sepeda tersebut tidak begitu saja kita tunggangi. Kita harus menyewanya di tempat persewaan sepeda yang ada di Kampung Inggris tersebut. Setiap sepeda disewakan dengan harga Rp 50.000,- selama 1 bulan. Berhubung pada saat itu aku hanya mengikuti program belajar 2 minggu, jadi terpaksa harga Rp 50.000,- itu harus tetap dibayarkan sesuai dengan ketentuan tempat persewan sepeda. Jadi harga 2 minggu sama dengan satu bulan.
Di kampung inggris aku bersama temanku menyewa sebuah kamar pada seorang nenek yang sangat baik hati, beliau hanya tinggal seorang diri dirumahnya tersebut sehingga kamar yang kosong beliau sewakan. Aku bersyukur mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman, kebetulan ada penghuni lain yang juga menyewa kamar kos di rumah mbah in panggilan akrab nenek pemilik rumah kos tersebut. Mereka berasal dari tanah Banjar dan lebih concern untuk mendalami bahasa arab. Aku heran dengan kampung inggris yang sudah cukup dikenal seantero Nusantara ini. Ternyata ada kisah menarik asal muasal Desa Tulung Rejo hingga bisa terkenal dengan sebutan “Kampung Inggris.”
Berawal dari seorang pendatang yang menikah dengan seorang gadis asli tulung rejo bernama Mr. Kalend yang berasal dari Kalimantan yang memiliki niat mulia, beliau mengajarkan bahasa inggris kepada warga di desa Tulungrejo. Niat awalnya untuk mengabdikan diri hingga pada akhirnya ia mendirikan sebuah lembaga bernama BSE yang juga menjadi pelopor lembaga lainnya yang ada di desa Tulung Rejo ini. Ternyata “Kampung Inggris” awalnya diberi nama “Kampung Bahasa,” suatu ketika ada sebuah media yang meliput tempat ini dan memperkenalkan kampung bahasa menjadi kampung inggris. Hingga sampai saat ini predikat desa Tulung Rejo lebih dikenal dengan sebutan “Kampung Inggris.” Sebenarnya jika ditelusuri lebih jauh sepertinya kurang pas disebut kampung inggris sebab banyak lembaga disana yang juga menawarkan kursus bahasa asing selain bahasa inggris, misalnya: bahasa arab, bahasa korea, bahasa mandarin, dsb. Hanya saja kursus bahasa asing selain bahasa inggris jumlahnya tidak sebanyak lembaga yang menawarkan kursus bahasa inggris.
Begitulah sejarah singkat yang diketahui dari seorang narasumber yang tak lain adalah nenek pemilik rumah kos yang kami tempati selama disana. Sekarang lanjut lagi cerita selama aku menghabiskan waktu libur semester di kampung inggris ini. Sebenarnya aku tidak mengetahui informasi sedikitpun tentang kampung inggris sebelumnya, tanpa ajakan dari seorang teman mungkin sampai saat ini tempat yang berlokasi di provinsi jawa timur itu akan tetap asing ditelingaku.
Awalnya Latif sapaan akrab seorang teman yang pertama kali menawariku untuk menghabiskan waktu liburan sambil belajar bahasa inggris di “Kampung Inggris.” Dia begitu antusias pada waktu itu, aku yang mendengar cerita kawannya yang pernah kesana sepertinya cukup mengasyikan dan aku mulai tertarik untuk menyusun agenda liburan semester ke Kediri. Bersama Tari teman sekelasku, kami mendiskusikan rencana liburan sambil belajar bahasa inggris. Ternyata kampung inggris sudah tak asing lagi ditelinga teman-temanku ini, akhirnya aku sadar kalau ternyata aku kudet alias kurang update dan kali ini harus ku akui itu.
Mulailah kami mencari informasi seputar kampung inggris tersebut. Dengan kecanggihan abad 21 dengan cepat kami memperoleh informasi seputar kampung inggris melalui mesin pencari “mbah google” yang serba tahu segala hal di dunia ini. Setelah kami pelajari artikel di alamat web yang memuat informasi lengkap tentang kampung inggris yaitu http://www.kampunginggris.com, kami cukup tertarik dengan salah satu lembaga yang bernama Global-E. Akhirnya setelah dicapai kesepakatan, aku dan Tari registrasi online pada lembaga tersebut. Latif tidak ikut serta kami daftarkan sebab belum ada kepastian darinya apakah jadi berangkat atau tidak. Selesai registrasi kami mentransfer sejumlah uang tunai kenomer rekening yang tercantum dalam situs tersebut.
Jenjang waktu antara registrasi online dan kegiatan belajar mengajar di kampung inggris masih lama yaitu sekitar satu bulan, kebetulan pada bulan Juni kami harus mempersiapkan ujian akhir semester (UAS) dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Malang – Bali. Selama mempersiapkan kedua agenda tersebut tak mengurangi sedikitpun antusiasme kami untuk segera merasakan atmosfer kampung inggris. Tibalah waktunya untuk UAS dan Alhamdulilah ujian yang berlangsung selama 10 hari tersebut berjalan lancar, dilanjutkan agenda berikutnya yaitu KKL ke Malang – Bali. Selama 1 minggu kami menghabiskan waktu untuk menghabiskan waktu berkunjung ke tempat-tempat yang ada di Malang dan Bali sesuai daftar yang sudah disusun oleh panitia KKL. Aku pikir perjalanan ke Malang – Bali telah menimbulkan efek trauma pada diriku untuk menempuh perjalanan darat dengan mengendarai bis selama berhari-hari. Ada sedikit kejadian yang aku sendiri tak ingin mengalaminya lagi. Tapi selebihnya KKL ke Malang – Bali cukup menyenangkan apalagi bersama sahabat-sahabat dekat.
Tak terasa waktu berjalan cepat, kedua agenda tersebut akhirnya bisa terlaksana dengan lancar. Masih ada waktu 1 minggu lagi untuk mempersiapkan “Holiday Program to Kampung Inggris.” Aku menanyakan kepada Latif tentang kepastiannya ke kampung inggris, ternyata dia tidak jadi berangkat dengan alasan kegiatan di kampus. Berita tersebut tidak menyurutkan niatku dan Tari untuk berangkat hanya berdua saja, sebab semuanya telah kami persiapkan sejak jauh hari termasuk registrasi secara online. Segala macam keperluan selama di kampung inggris telah selesai di packing, tiket kereta menuju ke Kediri pun telah siap di tangan.
Sampailah pada hari yang ditunggu, pagi itu Senin tanggal 23 Juli 2012 kami bergegas menuju Stasiun Lempuyangan supaya tidak ketinggal kereta yang tercantum di jadwal akan berangkat pukul 05.46, setelah sampai di stasiun ternyata jadwal kereta mundur 1 jam. Terpaksa kami harus menunggu, untuk mengatasi boring akhirnya sesi obrolan yang gak jelas ngalur ngidulpun menjadi salah satu solusi yang tidak solutif untuk mengatasi kejenuhan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar